Obama: Nuklir Al-Qaeda Adalah Ancaman Terbesar AS

Written By Dunia Islam on Senin, 12 April 2010 | 03.16

WASHINGTON – Pada hari Minggu waktu setempat, dalam ajang pertemuan para pemimpin dunia, Presiden Barack Obama mengatakan bahwa ancaman keamanan terbesar adalah upaya al-Qaeda untuk mendapatkan senjata nuklir. Obama ingin para pemimpin untuk mengambil tindakan darurat dan memerangi upaya tersebut.

Berbicara pada malam hari pelaksanaan konferensi 47 negara di Washington yang bertujuan untuk menghalangi “terorisme nuklir,” mengatakan bahwa dirinya mengharapkan ada “perkembangan yang amat besar” dalam konferensi tersebut untuk mengamankan materi nuklir di seluruh dunia.


“Yang jadi fokus utama konferensi nuklir ini adalah fakta bahwa ancaman terbesar bagi keamanan AS – baik dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang – adalah kemungkinan organisasi teroris mendapatkan senjata nuklir,” kata Obama kepada para wartawan.

“Kami tahu bahwa kelompok seperti al-Qaeda tengah berupaya mendapatkan senjata nuklir – senjata pemusnah massal yang bisa mereka gunakan tanpa penyesalan,” kata Obama sebelum berbicara dengan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma.

Para pakar non-proliferasi nuklir mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada contoh upaya kelompok-kelompok tersebut untuk mendapatkan uranium atau plutonium yang diperkaya dalam kadar tinggi yang dapat dipergunakan untuk membuat bom nuklir mentah, namun mereka mengatakan bahwa ada 18 kasus materi nuklir yang hilang atau dicuri sejak awal tahun 1990-an.

“Ini adalah sesuatu yang dapat mengubah tatanan keamanan di negara ini dan seluruh dunia untuk tahun-tahun mendatang,” kata Obama, seraya memperingatkan mengenai konsekuensi yang mungkin harus ditanggung jika bom nuklir benar-benar diledakkan.

“Jika ada ledakan (nuklir) di New York, London, atau Johannesburg, hal itu akan mengakibatkan kehancuran besar dalam bidang ekonomi, politik dan keamanan.”

Tujuan Obama dalam konferensi dua hari tersebut adalah membuat negara-negara lain setuju untuk mengamankan materi nuklir dalam waktu empat tahun dan mengambil langkah nyata untuk menghentikan penyelundupan nuklir.

Presiden Obama melakukan serangkaian pembicaraan dengan para pemimpin asing pada hari Minggu waktu AS, termasuk dengan perdana menteri dua negara seteru bersenjata nuklir, India dan Pakistan, Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev dan Presiden Zuma dari Afrika Selatan.

Para pakar nonproliferasi nuklir mengatakan bahwa cadangan senjata nuklir Pakistan dan tumpukan materi nuklir dijaga ketat. Namun, mereka menambahkan bahwa ancaman al-Qaeda dan Taliban menjadikan negara tersebut sebagai salah satu wilayah yang amat dikhawatirkan.

Sebelum bertolak menuju AS, Perdana Menteri Pakistan Yusuf Raza Gilani meyakinkan komunitas internasional bahwa program nuklir Pakistan aman.

Pakistan masih mencoba keluar dari bayang-bayang keraguan yang ditimbulkan oleh ilmuwan Abdul Qadeer Khan, yang menjadi pusat skandal penyalahgunaan nuklir terbesar dunia pada tahun 2004. Khan mengaku menjual rahasia kepada Iran, Korea Utara dan Libya.

Dalam pertemuan selama 50 menit dengan Perdana Menteri India Manmohan Singh, Obama mendengarkan keluhan India mengenai Pakistan, kata Menteri Luar Negeri India Nirupama Rao kepada para wartawan.

Singh berbicara kepada Obama mengenai aktivitas Lashkar-e-Taiba, kelompok asal Pakistan yang dituding bertanggung jawab atas serangan Mumbai tahun 2008, “dan dakta bahwa sayangnya Pakistan tidak menghukum orang-orang yang bertanggung jawab atas kejahatan teroris di Mumbai,” kata Rao.

India dan Pakistan telah tiga kali terlibat pertempuran sejak tahun 1947, ditambah dengan sejumlah konflik kecil, termasuk pada tahun 1999. Kedua negara melakukan uji coba nuklir pada tahun 1998 dan keduanya tidak turut menandatangani kesepakatan nonproliferasi nuklir.

Para pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Obama memuji Presiden Kazakhstan sebagai pemimpin panutan dalam pertemuan mereka. Pujian tersebut diberikan atas langkah-langkah yang diambil Nazarbayev untuk menghapuskan senjata nuklir dari negaranya.

Bekas negara Uni Soviet melakukan 500 kali uji coba nuklir bawah tanah dan di angkasa di wilayah Kazakhstan antara tahun 1949 hingga 1989. Nazarbayev menutup lokasi uji coba pada tahun 1991 dan menyingkirkan lebih dari 100 hulu ledak nuklir.

Pemerintah Kazakhstan memasang poster-poster di sekitar Washington menjelang konferensi tersebut, menekankan keputusan negara tersebut untuk menyingkirkan senjata nuklir yang pernah mencapai jumlah terbanyak keempat di dunia.

Para pejabat Gedung Putih juga mengatakan bahwa Obama akan bertemu dengan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan di sela-sela konferensi. Sebuah komite parlemen AS bulan lalu melakukan voting untuk menyebut pembantaian Armenia pada era Perang Dunia I sebagai genosida, membuat geram Ankara yang akhirnya memutuskan menarik duta besarnya dari Washington.

Iran dan Korea Utara, dua negara dengan ambisi nuklir yang memicu perdebatan, tidak masuk daftar undangan dalam konferensi tersebut.

Keduanya dianggap AS sebagai pelanggar kesepakatan non-proliferasi nuklir.

Syiria juga tidak dimasukkan dalam daftar undangan, karena AS yakin bahwa Damaskus juga memendam ambisi nuklir, tulis kantor berita Associated Press.

Dalam konferensi tersebut, Israel hanya diwakili oleh deputi perdana menteri. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu khawatir jika ajang tersebut mungkin dimanfaatkan oleh Turki dan Mesir untuk membahas isu cadangan senjata nuklir.

Hari Kamis lalu, Presiden Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menandatangani kesepakatan pengurangan senjata strategis (START) yang mengurangi cadangan senjata masing-masing kubu menjadi 1.550.

0 komentar:

Posting Komentar